Di Tipu Oleh Pengemis dan Koruptor : Refleksi Pendekatan Teori Simbolik



Apa yang tergambarkan dari anda jika melihat pengemis dengan model seperti ini ? Belas kasihankah anda untuk memberinya sejumlah uang? atau anda akan sungkan untuk memberi karena melihat penampilanya yang terlihat brandalan? Menarik untuk dibahas bahwa manusia selalu mengedepankan objek yang tergambar di dalam pandanganya untuk menimbang apakah layak objek tersebut menjadi perhatian serius atau tidak untuk dirinya.

Didalam Teori Interaksi Simbolik, manusia akan membentuk makna dan interpretasi dari bentuk komunikasi verbal maupun non verbal terhadap orang lain. Bentuk komunikasi berupa tanda atau simbol yang membentuk pikiran manusia , menjadikan pemahaman - pemahaman yang pada akhirnya terkait dengan common sense dari kehidupan sosialnya. Artinya, bahwa seseorang akan menilai orang lain berdasarkan stimulus yang diberikan oleh gaya,penampilan, dan perilaku seseorang. Lalu penilaian tersebut di sangkutkan dengan norma - norma sosial yang berlaku di lingkunganya.

Pengamen dengan gaya nyentrik ala anak Punk mengesankan makna perilaku kriminal, ganas, brutal maupun interpretasi negatif lainya yang mempengaruhi sikap seseorang. Sehingga selalu ada pertimbangan matang dalam hal empati dan simpati masyarakat terhadap kelompok ini ( Anak Punk ). Kita tidak bisa menyalahkan secara menyeluruh dan tidak pula membenarkanya secara pasti, karena interaksi seperti ini adalah proses alamiah manusia yang dipengaruhi oleh budaya dan persepsi sosial lingkunganya.



Mungkin akan berbeda pemahaman jika yang dilihat adalah pengemis dengan tarian sebagai objek yang ditonjolkan untuk menarik simpati orang lain. Interaksi simbolik yang ditawarkan adalah berupa interpretasi hiburan dan kebudayaan yang dilestarikan oleh para pekerja seni jalanan. Sehingga hasil yang di dapatkan adalah bentuk imbalan berupa sejumlah uang kepada pengemis tersebut karena sudah menghibur dan melestarikan budaya lokal. Permasalahan yang sangat sederhana sebenarnya, kita telah di modifikasi oleh simbol dan tanda sehingga perspektif yang muncul selalu berlandaskan anggapan - anggapan umum di dalam masyarakat.

Padahal kekuatan pikiran kita melebihi dari norma - norma sosial, kita diciptakan akal, hati, dan jiwa untuk menyeleksi segala
stimulus luar manusia untuk diproses menjadi penilaian - penilaian yang bijak tanpa ada diskriminasi. Tetapi problem yang muncul, kita selalu tergerus arus mainstream sehingga fleksibelitas pemikiran terpusat pada aspek norma sosial. Penulis tidak menyalahkan bahwa norma sosial yang dikehendaki tersebut merupakan peraturan hukum tak tertulis yang salah, penulis mengapresiasi norma tersebut yang selalu mengedepankan nilai - nilai kesopanan sebagai wujud kehidupan harmonis.

Tetapi pertanyaanya apakah dari hal kecil seperti ini kita akan terus ditipu? Tipuan apa yang dimaksud, marilah sejenak kita refleksikan :



Sedikit pun seseorang tidak akan menilai penampilan seperti ini terlihat kriminal, brandal, brutal. Sosok pada gambar menafsirkan di otak manusia sebagai pribadi yang bijak, berwibawan , santun dan ramah. Tapi apalah jadinya kita setelah terungkap skandal korupsi proyek E-KTP ? Apakah ada kesan manis di mata anda untuk menyetarakan dia sebagai pribadi yang santun nan lembut untuk di pandang?


Semua ini adalah bentuk takdir yang melekat di setiap insan manusia, bahwa " Pepatah tak kenal maka tak sayang" adalah cerita lawas yang tak pernah terealisasikan pada diri masyarakat Indonesia. Mengapa? karena kita masih memandang orang dari gambaran luarnya saja, padahal pepatah tersebut mengajarkan kepada kita untuk mengenali orang lain secara dekat sebelum menilainya. Artinya saat kita menjumpai orang lain, kosongkanlah pikiran kita dari pengetahuan dan pengalaman - pengalaman yang seakan menuntut kita untuk terburu - buru membentuk persepsi berdasarkan apa yang dilihat. Sematkanlah mata kita pada kekosongan yang nyata, sehingga dunia ini akan lebih tentram dengan pandangan - pandangan bersih nan indah dari manusia - manusia terpilih.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Filsafat : Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi

Makalah Sejarah dan Paradigma Hermeneutika