Batik Sebagai Solusi Konflik Isu SARA di Indonesia

Batik sebagaimana diketahui memiliki keragaman corak seni,budaya dan nilai luhur bangsa. Makna filosofinya seperti sidoluhur ( Kemakmuran, Kesejahteraan), Induk Semang ( azaz kekeluargaan), Ngalap Nyaur ( Kesempatan Bekerja), Ngenger ( Mobilitas Sosial-kultural). Memberikan dorongan untuk meimplementasikan nilai - nilai filosofi tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti yang pernah disampaikan oleh walikota World City Of Batik, Saelani Mahfud " Batik menjadi simbol keberagaman masyarakat kota Pekalongan, keberagaman tersebut dilihat dari proses transaksional Batik, Penjual bahan kimia batik mayoritas dari kalangan orang Cina, Mori sebagai kain batik dijual oleh pedagang keturunan arab , dan untuk proses pembuatan batik di tekuni oleh masyarakat Jawa. Jadi, pengrajin batik akan melalui 3 etnis manusia yang berbeda untuk membelanjakan bahan - bahan pembuatan batik. Sehingga ada sebutan yang populer yaitu Arwana ( Arab, Jawa, Cina ) dalam proses pembuatan Batik.

Polarisasi yang mewarnai proses pembuatan Batik tersebut menggambarkan bahwa Batik adalah simbol ikatan persatuan, kesatuan dan kebersamaan masyarakat Indonesia. Perbedaan latar belakang etnis,suku maupun budaya bukanlah penghalang untuk membuat sebuah karya master piece yang menjadi ikon masyarakat Pekalongan dengan sebutan " Batik ". 

Merenungi isu disintegritas masyarakat Indonesia kini yang semakin massif dengan pemberitaan konflik - konflik antar etnis, suku dan agama. Seyogyanya kita perlu menjunjung tinggi kembali nilai keluhuran kesenian batik sebagai solusi alternatif pemersatu bangsa yang sedang carut marut.

Finally, jikalau ada individu maupun kelompok yang berseteru karena alasan perbedaan, lekatkanlah batik di badanya, terangkan sejarah dan pesan di dalamnya dan hiasilah egonya dengan keindahan seni batik yang sejuk.

#bincangbudayapekalongan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Filsafat : Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi

Makalah Sejarah dan Paradigma Hermeneutika

Di Tipu Oleh Pengemis dan Koruptor : Refleksi Pendekatan Teori Simbolik